Fakta Mengejutkan: Ini Alasan Ubuntu Punya Banyak Haters!
Banyak pengguna Linux tidak menyukai Ubuntu karena berbagai alasan, termasuk persepsi tentang pengaruh Canonical (perusahaan di balik Ubuntu), keputusan tentang snap dan flatpak, serta pilihan default lingkungan desktop GNOME. Beberapa merasa Ubuntu kurang fleksibel dan dikontrol penuh oleh Canonical, berbeda dengan distribusi lain yang lebih berfokus pada komunitas. Sebuah alasan klasik Ubuntu selalu dihubungkan dengan masalah kebijakan Canonical terkait Snap, perubahan pada antarmuka pengguna, dan persepsi bahwa Ubuntu menjadi terlalu "terkomersialisasi". Selain itu, beberapa pengguna lebih suka distro Linux lain yang dianggap lebih murni atau lebih sesuai dengan filosofi mereka. Berikut adalah beberapa alasan yang lebih detailnya:
 |
Ilustrasi Ubuntu Haters. Semua Objek pada Gambar ini dibuat oleh YSS menggunakan Command Prompt untuk Copilot. |
Kebijakan Snap
Canonical, perusahaan yang mengembangkan Ubuntu, telah mempromosikan format paket Snap secara agresif, yang dianggap beberapa pengguna sebagai kurang terbuka dan fleksibel dibandingkan dengan format lain seperti APT.
Perubahan Antarmuka
Ubuntu pernah menggunakan desktop Unity yang cukup berbeda dari desktop GNOME yang umum digunakan pada distribusi Linux lainnya. Meskipun sekarang Ubuntu kembali menggunakan GNOME, beberapa pengguna masih mengingat pengalaman buruk mereka dengan Unity dan enggan kembali menggunakan Ubuntu.
Persepsi Terkomersialisasi
Ubuntu telah menjadi sangat populer, dan beberapa pengguna merasa bahwa Ubuntu mulai terasa seperti produk komersial daripada proyek open source murni. Mereka khawatir tentang pengaruh perusahaan dan potensi hilangnya fokus pada nilai-nilai inti Linux.
Pengaruh Cannonical
Banyak pengguna merasa Ubuntu terlalu dipengaruhi oleh Canonical, perusahaan yang mengembangkan dan mendistribusikan Ubuntu. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang kurangnya otonomi dan kontrol komunitas dalam pengembangan Ubuntu. Beberapa keputusan Canonical, seperti penggunaan format paket snap dan integrasi aplikasi Amazon, dianggap kontroversial dan mengurangi fleksibilitas sistem.
Keputusan Tentang Paket
Ubuntu menggunakan format paket snap sebagai standar, yang dikritik karena beberapa alasan, termasuk performa yang lebih lambat dibandingkan format lain seperti flatpak atau appimage. Beberapa pengguna lebih memilih flatpak atau appimage karena fleksibilitas dan kemudahan penggunaannya.
Lingkungan Desktop GNOME
Ubuntu secara default menggunakan lingkungan desktop GNOME, yang dianggap boros sumber daya oleh sebagian pengguna. Meskipun GNOME menawarkan tampilan yang modern, beberapa pengguna lebih suka lingkungan desktop lain yang lebih ringan atau lebih dapat dikustomisasi.
Persepsi terhadap User Experience (UX)
Beberapa pengguna merasa Ubuntu tidak sefleksibel atau sepersonal yang mereka harapkan. Mereka merasa Ubuntu kurang menawarkan kontrol penuh atas sistem, terutama dalam hal kustomisasi desktop dan inti sistem. Beberapa merasa Ubuntu cenderung "memaksa" pengguna menggunakan konfigurasi tertentu, bukan membiarkan pengguna menyesuaikan sistem sesuai keinginan mereka.
Kurangnya Kontrol
Beberapa pengguna merasa bahwa dengan Ubuntu, mereka memiliki lebih sedikit kontrol atas sistem mereka karena kebijakan Canonical yang memprioritaskan Snap dan fitur lain yang mungkin tidak mereka sukai. Meskipun ada kritik terhadap Ubuntu, perlu diingat bahwa Ubuntu tetap menjadi salah satu distribusi Linux yang paling populer dan mudah digunakan, terutama bagi pemula. Pilihan distribusi Linux pada akhirnya adalah masalah preferensi pribadi.
Distro Linux Lain Lebih Sesuai
Banyak pengguna Linux memiliki preferensi pribadi yang kuat untuk distro lain yang mungkin menawarkan fitur, antarmuka, atau filosofi yang lebih mereka sukai. Misalnya, beberapa pengguna lebih suka
Debian karena kemurniannya, atau
Linux Mint karena kemudahan penggunaannya, atau
Arch Linux untuk kustomisasi yang ekstensif. Linux Mint dianggap lebih ramah pengguna dan memiliki antarmuka yang mirip
Windows, sementara Debian dikenal dengan stabilitasnya. Arch Linux, di sisi lain, menawarkan tingkat kustomisasi yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan pengetahuan teknis yang lebih dalam.
Kesimpulan:
Pada akhirnya, pilihan distribusi Linux sangat subjektif dan bergantung pada preferensi individu. Meskipun Ubuntu adalah salah satu distribusi Linux paling populer, ada banyak alasan mengapa beberapa pengguna lebih memilih distribusi lain, termasuk masalah kontrol, format paket, lingkungan desktop, dan pengalaman pengguna secara keseluruhan.
Bagi Saya pribadi selaku pengguna Ubuntu sampai detik ini masih merasa nyaman-nyaman aja, tidak ada masalah serius yang ditimbulkan sistem Ubuntu, update lancar dan berkala, stabil walau boros RAM, aplikasi yang dibutuhkan buat beresin kerjaan tersedia. Intinya, selama Saya merasa nyaman menggunakan Ubuntu, kenapa harus ikut-ikutan haters lain? Ya, bisa saja banyak alasan yang berbeda yang mungkin saja tidak Saya alami. Sama halnya juga dengan Windows, haters-nya banyak bertebaran dimana-mana, tapi selama kita nyaman dengan OS tersebut, kenapa harus pusing-pusing mikirin kekurangannya? kalau kalian gimana? mau jadi haters? atau penikmat? semua pilihan ada ditangan kalian.
Like dan share artikel ini ke semua media sosial kalian jika dirasa bermanfaat. Follow juga Blog ini agar tidak ketinggalan artikel terbaru dari yossysetiawansobandi.blogspot.com dan kunjungi juga blvckkarko.blogspot.com jika kalian tertarik informasi seputar otomotif. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Adios permios.
Comments
Post a Comment