Tizen OS, OS Brilian dari Samsung yang Tersingkir
Oleh Yossy Setiawan Sobandi • Tizen OS, sistem operasi Samsung, sejarah Tizen, Tizen vs Android, Tizen di Smart TV
![]() |
TIZEN OS. Seluruh objek pada gambar ini bisa saja tidak akurat dan tidak mewakilo produk asli. Dbuat oleh ide kreatif dan imajinatif YSS dengan bantuan Microsoft AI Technology menggunakan command prompt untuk Copilot. Hak Cipta © 2025 YSS.LLC | Copilot-assisted creation. |
Daftar Isi
Tizen OS: Kisah Sang Penantang Android yang Tersingkir
Pernahkah kamu membayangkan dunia smartphone tanpa dominasi Android dan iOS? Beberapa tahun lalu, Samsung punya mimpi besar mewujudkan itu lewat sebuah sistem operasi bernama Tizen OS. Tizen bukan proyek coba-coba; ia digadang sebagai senjata Samsung untuk keluar dari bayang-bayang Android. Sayangnya, alih-alih menjadi bintang, Tizen berakhir sebagai “pemain cadangan” yang perlahan dilupakan.
Awal Mula Tizen OS
Tizen lahir sekitar 2012 sebagai proyek open-source yang dikembangkan oleh Samsung bersama Intel dan didukung Linux Foundation. Ia merupakan penerus gagasan dari proyek sebelumnya seperti MeeGo dan LiMo. Visi utamanya ambisius: menciptakan satu OS yang bisa hidup di berbagai perangkat—dari smartphone, TV, smartwatch, kamera, sampai sistem infotainment mobil.
“Kalau Android bisa, kenapa kita tidak?” — seolah inilah pesan Samsung ketika memperkenalkan Tizen.
Kenapa Tizen Disebut Brilian?
1) Ringan & Hemat Daya
Tizen dikenal efisien, mampu berjalan mulus di perangkat terjangkau dengan baterai kecil—nilai jual besar di pasar entry-level.
2) UI Simpel & Gesit
Antarmukanya mudah dipelajari dan terasa responsif dibanding banyak ponsel Android murah pada masanya.
3) Fleksibel Multi-Perangkat
Sejak awal dirancang lintas-perangkat: TV, wearable, kamera, hingga perangkat rumah tangga pintar.
4) Ekosistem Mandiri
Memberi Samsung ruang untuk mengurangi ketergantungan pada Android/Google dengan membangun ekosistem sendiri.
Perbandingan Singkat: Tizen vs Android (era smartphone Tizen)
Aspek | Tizen | Android (umum) |
---|---|---|
Performa di perangkat murah | Ringan, hemat daya | Variatif; sering berat di entry-level awal 2010-an |
Ketersediaan aplikasi | Tizen Store terbatas | Google Play Store sangat lengkap |
Dukungan developer | Relatif minim | Sangat kuat & masif |
Spektrum perangkat | TV, wearable, IoT, kamera | Smartphone dominan, kemudian TV/IoT via partner |
Saat Tizen Menyapa Pasar Smartphone
Debut ponsel Tizen dimulai dari Samsung Z1 (India, 2015), disusul Z2, Z3, dan Z4. Strateginya jelas: harga terjangkau untuk pasar berkembang. Meski performa harian cukup baik, kendala terbesar langsung terasa—aplikasi populer sulit ditemukan. Tanpa ekosistem aplikasi kuat, pengguna cepat kembali ke Android.
Kenapa Tizen Tersingkir?
- Ekosistem lemah: developer enggan membangun aplikasi untuk basis pengguna kecil.
- Promosi kurang agresif: fokus Samsung tetap pada lini Android yang laris.
- Diferensiasi produk minim: banyak ponsel Tizen terasa mirip Android entry-level.
Pada akhirnya, sekitar 2017 pengembangan smartphone berbasis Tizen dihentikan. Namun ini bukan akhir dari Tizen.
Tizen Tidak Mati, Hanya Berubah Arah
Alih-alih di saku pengguna, Tizen justru bersinar di ruang tamu dan pergelangan tangan:
- Smart TV Samsung: sejak 2015, mayoritas Smart TV Samsung menjalankan Tizen.
- Smartwatch Galaxy: lini Gear/Galaxy Watch memakai Tizen hingga akhirnya Samsung beralih ke Wear OS.
- Perangkat rumah tangga pintar: kulkas, mesin cuci, dan ekosistem SmartThings tertentu.
Ringkasan & FAQ
Ringkasan Cepat
- Konsep brilian: ringan, hemat daya, lintas-perangkat.
- Tersingkir di smartphone karena ekosistem aplikasi lemah.
- Masih hidup di Smart TV, wearable, dan perangkat rumah tangga.
FAQ
Apakah Tizen masih dikembangkan?
Tetap dikembangkan untuk lini TV dan perangkat pintar Samsung tertentu.
Kenapa aplikasi di Tizen sedikit?
Basis pengguna kecil & prioritas developer ada di Android/iOS.
Apakah Tizen lebih baik dari Android?
Di perangkat murah dulu, Tizen terasa ringan; namun Android menang telak di ekosistem aplikasi.
Penutup
Tizen OS adalah pelajaran berharga: OS yang bagus saja tidak cukup. Tanpa ekosistem kuat, sulit bertahan di pasar smartphone. Kini, Tizen dikenang sebagai otak di balik Smart TV dan perangkat pintar Samsung—sebuah ambisi besar yang pada akhirnya menemukan rumah baru.
Jika artikel ini dirasakan ada nilai manfaatnya, jangan ragu untuk like dan share ke media sosial kalian. Follow blog ini agar tak ketinggalan update terbaru dari yossysetiawansobandi.blogspot.com. Kalau kalian suka dunia otomotif, mampir juga ke blvckkarko.blogspot.com untuk cerita dan inspirasi seputar modifikasi.
Terima kasih sudah membaca — sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap semangat, sehat dan keep humble. Adios permios!!